Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Di antara komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Biji alami yang kemudian diolah menjadi minuman menyegarkan ini adalah “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.
Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi: Arabika dan Robusta.
Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.
Indonesia masuk dalam daftar negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksi kopi di Nusantara berjenis Robusta yang berkualitas lebih rendah. Indonesia juga dikenal karena memiliki sejumlah kopi khusus nan istimewa yakni ‘kopi luwak’ (digadang sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan ‘kopi Mandailing’.
Produksi kopi di Indonesia pada tahun ini diproyeksikan mengalami kenaikan. Pasokan dari hasil panen 2023-2024 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kopi di dalam negeri, di samping masih mengimpor kopi dari Vietnam.
Dilansir dari Kontan.id, Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) sekaligus Kopi Expert dan Global Coffee Trader, Moelyono Soesilo memprediksi pada semester I-2024 produksi kopi akan membaik.
Menurut Moelyono, impor kopi saat ini masih diperlukan untuk menutup kekurangan kebutuhan kopi di dalam negeri apabila terjadi penurunan produksi atau gagal panen.
Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji Arabika, lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji Robusta.
Seorang petani kopi mengatakan kemarau panjang 2023 cukup berdampak positif bagi pembuahan kopi. Diharapkan panen kopi pada Mei sampai dengan Oktober 2024 akan naik cukup besar apabila dibandingkan dengan panen kopi 2023.
Kopi impor pada awal tahun ini paling banyak berasal dari Vietnam dengan volume sebesar 981,94 ribu kilogram. Catatan impor itu naik hingga 53.324,7% YoY atau naik sebesar 2.318,94% MtM.
Setelah itu, impor kopi terbesar berasal dari Brasil sebanyak 115,2 ribu kg atau turun 81,23% YoY dan turun 72,22% MtM, Malaysia 64,02 ribu kilogram atau turun 20,66% MtM dan naik 37,56% YoY dan dari Swiss 5,27 ribu kilogram atau naik 1.658,00% YoY dan naik 44,26% MtM.
untuk meningkatkan produksi kopi di Indonesia salah satunya perlu dilakukan kepada petani yaitu pelatihan sistem budidaya yang paling menguntungkan.
Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia mencapai 794,8 ribu ton pada 2022, meningkat sekitar 1,1% dibanding tahun sebelumnya.
Melihat tren dalam 10 tahun terakhir, produksi kopi secara nasional sempat mengalami penurunan ke level terendahnya sebesar 639.355 ton pada 2015. Namun, jumlahnya cenderung meningkat pada 2016-2021 hingga mencapai angka tertingginya pada 2022.
Provinsi Penghasil Kopi Terbesar
Pada 2022 Sumatra Selatan menjadi provinsi penghasil kopi terbesar, yakni 212,4 ribu ton atau 26,72% dari total produksi kopi nasional. Selanjutnya ada Lampung dengan produksi kopi 124,5 ribu ton, Sumatra Utara 87 ribu ton, dan Aceh 75,3 ribu ton.
Berikut rincian 10 provinsi penghasil kopi terbesar nasional pada 2022:
Sumatra Selatan: 212,4 ribu ton
Lampung: 124,5 ribu ton
Sumatra Utara: 87 ribu ton
Aceh: 75,3 ribu ton
Bengkulu: 60,1 ribu ton
Jawa Timur: 45,8 ribu ton
Sulawesi Selatan: 29,4 ribu ton
Jawa Tengah: 26,9 ribu ton
Nusa Tenggara Timur: 26,6 ribu ton
Jambi: 19,5 ribu ton
Adapun Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat merupakan provinsi dengan produksi kopi paling sedikit di Indonesia, yaitu hanya 0,1 ton atau 100 kilogram (kg). Di sisi lain, Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan DKI Jakarta tidak memproduksi kopi pada 2022.